Coaching Untuk Supervisi Akademik (Refleksi 4C)
Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3
Model 4C (Connection, challenge, concept, change)
Coaching Untuk Supervisi Akademik
Connection (Keterkaitan)
Pada minggu ini saya belajar modul 2.3, yaitu tentang teknik coaching untuk Supervisi Akademik. Modul ini sangat terkait dengan pembelajaran sebelumnya, yaitu tentang nilai dan peran guru penggerak. Dalam pembelajaran yang lalu tersebut, dijelaskan bahwa guru penggerak mempunyai peran diantaranya sebagai Pemimpin Pembelajaran dan juga sebagai Coach bagi rekan sejawat.
Untuk menjadi coach yang baik dalam kegiatan supervisi akademik, seorang guru penggerak harus menguasai kompetensi inti coaching dan prinsip utama coaching, selain juga harus memahami dengan benar tentang paradigma berpikir coaching.
Koneksi Materi Modul 2.3 dengan 2.1 dan 2.2
2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi
Dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi, guru perlu melakukan pemetaan terhadap kebutuhan belajar murid berdasarkan 3 aspek, yaitu: Kesiapan belajar murid, Minat belajar, dan Profil belajar. Data hasil pemetaan ini dapat digunakan seorang guru untuk menerapkan coaching kepada para murid, sehingga murid mampu mengoptimalkan potensi dirinya dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional
Dalam melakukan kegiatan coaching kepada murid, seorang guru harus mampu menggunakan Kompetensi Sosial Emosional, yaitu: Manajemen diri, Kesadaran diri, Keterampilan berelasi, Kesadaran sosial, dan Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dengan demikian, pelaksanaan coaching akan mampu memberikan dampak besar terhadap peningkatan kualitas pembelajaran di kelas.
Peran Guru Penggerak Sebagai Coach dan Keterkaitannya dengan materi dalam modul 2.1 dan 2.2:
Dalam pelaksanaan coaching dengan alur TIRTA mengharuskan kita sebagai seorang coach untuk dapat hadir penuh dengan salah satu caranya yaitu menerapkan STOP dan mindfulness yang telah dipelajari di modul 2.2. Coaching dalam supervisi akademik berfokus pada pengembangan kompetensi seorang pendidik untuk mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid yang berdampak pada pengembangan sekolah sebagai komunitas praktik pembelajaran. Dalam proses coaching ini, guru diharapkan mampu melakukan coaching juga kepada para murid, berdasarkan data hasil pemetaan kebutuhan belajarnya, sehingga mampu menerapkan pembelajaran berdiferensiasi seperti yang kita pelajari dalam modul 2.1.
2. Challenge (Tantangan)
Tantangan Implementasi Coaching di Sekolah
Supervisi akademik masih dipandang sebagai suatu kegiatan yang menakutkan dan terkesan satu arah. Kegiatan supervisi akademik belum menjadi kegiatan yang rutin dan hanya didasarkan pada pemenuhan administrasi sekolah saja, sehingga pelaksanaannya menjadi tidak terstruktur dan hanya insidental saja. Kesan yang muncul dalam kegiatan supervisi akademik selama ini adalah Satu Arah saja, yaitu dari Kepala Sekolah atau Pengawas kepada guru yang di supervisi.
Alternatif Solusi Untuk Tantangan Yang Ada
Berani menjadi role model dalam pelaksanaan supervisi akademik yang berbasis coaching, dengan menggunakan seluruh kompetensi inti dan prinsip coaching, dan mengedepankan kolaboratif serta kemitraan untuk bersama menggali potensi diri guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, dengan menggunakan pertanyaan berbobot dalam melaksanakan percakapan coaching bersama rekan sejawat. Menunjukkan kepada semua rekan guru bahwa supervisi akademik bukanlah untuk mencari kesalahan guru dalam mengajar, melainkan sebuah kegiatan kolaboratif berdasarkan kemitraan antara supervisor dan supervisee dalam menggali potensi guru secara optimal untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
3. Concept (Konsep yang Dipelajari)
Berikut adalah beberapa konsep penting dalam modul 2.3 ini yang saya pelajari dan saya yakini untuk saya terapkan dari waktu ke waktu selama menjalankan peran saya sebagai Guru Penggerak, khususnya sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai coach bagi rekan sejawat.
Paradigma Berpikir Coaching:
Fokus pada coachee
Bersikap terbuka dan ingin tahu lebih banyak
Memiliki kesadaran diri yang kuat
Mampu melihat peluang baru dan masa depan
Prinsip Coaching:
Kemitraan
Ditandai oleh adanya tujuan percakapan yang disepakati bersama
Idealnya tujuan datang dari coachee
Percakapan Kreatif
Percakapan dua arah
Percakapan dilakukan untuk menggali, memetakan situasi coachee
Percakapan ditujukan untuk menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru
Memaksimalkan Potensi
Percakapan harus ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh coachee
Percakapan menghasilkan rencana tindakan
Kompetensi Inti Coaching:
Hadir Seutuhnya/Presence
Kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee, sehingga badan, pikiran, dan hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching
Mendengarkan Aktif
Seorang coach yang baik memiliki kemampuan untuk fokus pada apa yang dikatakan oleh lawan bicara dan memahami keseluruhan makna yang tidak terucapkan.
Mengajukan Pertanyaan Berbobot
Pertanyaan terbuka yang diajukan dapat menggugah coachee untuk berpikir, menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal baru, dan mengungkapkan emosi.
Mendengarkan dengan R-A-S-A (Receive-Appreciate-Summarize-Ask)
Menangkap kata-kata kunci yang diungkapkan oleh coachee
Memberikan penghargaan/apresiasi terhadap pernyataan coachee
Merangkum pernyataan coachee dan mengkonfirmasikannya
Memberikan pertanyaan terbuka berdasarkan pernyataan coache dan kata kunci.
Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching:
Dengan paradigma berpikir coaching, Supervisi Akademik perlu dilihat sebagai Kegiatan berkelanjutan yang meningkatkan kompetensi guru yang bertujuan untuk pemberdayaan dan pengembangan kompetensi diri dalam rangka peningkatan performa mengajar dan mencapai tujuan pembelajaran (Glickman, 2007, Daresh, 2001).
Fokus pengembangan kompetensi seorang pendidik untuk mendesain pembelajaran yang berpihak pada murid yang berdampak pada pengembangan sekolah sebagai komunitas praktik pembelajaran.
Beberapa prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching meliputi: Kemitraan, Konstruktif, Terencana, Reflektif, Objektif, Berkesinambungan, dan Komprehensif.
Siklus dalam supervisi akademik meliputi tiga tahap: Pra Observasi, Observasi, dan Pasca Observasi.
4. Change (Perubahan dalam Diri Pembelajar)
Untuk memaparkan perubahan dalam diri saya setelah mempelajari modul 2.3 ini, saya bagi dalam 3 aspek beserta penjelasannya berikut ini:
Emosi yang Dirasakan
Tergerak untuk belajar lebih dalam lagi, sehingga mendapatkan tingkat pemahaman yang lebih baik tentang coaching dalam supervisi akademik
Tertantang untuk terus berlatih praktik coaching dengan murid dan rekan sejawat, agar memperoleh keterampilan lebih baik untuk melakukan coaching dalam supervisi akademik.
Yang sudah baik dan yang perlu ditingkatkan
Mampu melakukan praktik coaching untuk murid dan rekan sejawat sesuai dengan pemahaman yang didapat dari modul
Meningkatkan kemampuan untuk memberikan pertanyaan berbobot dan bersifat terbuka untuk menggali potensi diri coachee.
Implikasi terhadap kompetensi diri
Mengoptimalkan diri sebagai pendidik dan guru penggerak yang berperan menjadi pemimpin pembelajaran dan menjadi coach bagi rekan sejawat dan murid.
Eko Budi Purnawan
SMK Negeri 1 Pakis Aji, Kab. Jepara - 2022
Komentar
Posting Komentar