Pembelajaran Sosial dan Emosional

 Refleksi Dwi Mingguan 6

Pembelajaran Sosial dan Emosional

(Refleksi dengan menggunakan pendekatan 4P)


Peristiwa


Pada minggu ini saya belajar bagaimana mengembangkan kompetensi sosial emosional, baik untuk para murid, maupun kepada teman sejawat. Saya mendapatkan begitu banyak pembelajaran dan pengetahuan baru. Dimana sebelumnya saya berpikir bahwa sebagai guru mata pelajaran, saya tidak perlu terlalu memikirkan bagaimana mengembangkan kompetensi sosial emosional untuk murid-murid saya. Sebelumnya saya berpikir, bahwa hal itu adalah tugas guru BK dan guru mata pelajaran PPKn serta Pendidikan Agama. Namun ternyata pemikiran saya itu keliru, karena ternyata menurut studi dari Mcgrath dan Noble, 2011, tingkat well-being yang optimum pada murid memungkinkan mereka memiliki kemampuan lebih tinggi dalam: 

  • Mencapai prestasi akademik

  • Kesehatan mental dan fisik lebih baik

  • Memiliki ketangguhan/resiliensi mengelola stress

  • Terlibat dalam perilaku sosial yang bertanggung jawab.

Selain itu saya juga belajar banyak hal terkait pentingnya praktik kesadaran penuh (mindfulness), untuk mendukung proses penguatan kompetensi sosial emosional, baik untuk murid maupun teman sejawat. Kesadaran penuh itu sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar pada kondisi saat sekarang. Dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan (dalam Hawkins, 2017, hal.15) yang sebenarnya telah ada dalam diri manusia secara alami tanpa perlu diajarkan ataupun ditumbuhkan. 

Dalam proses implementasi Pembelajaran Sosial Emosional ini kepada murid-murid saya, saya melihat ada sesuatu yang berbeda secara nyata. Saya mengimplementasikannya dalam pembelajaran saya, yaitu dengan melatih murid untuk dapat mengambil keputusan yang bertanggung jawab, keterampilan berelasi, kesadaran diri, manajemen diri, dan kesadaran sosial. Saya menerapkannya dalam model pembelajaran Project Based Learning di dalam kelas. Murid-murid terlihat lebih antusias dalam kerja kelompok mereka masing-masing. Dalam diskusi dan presentasi yang mereka lakukan, tampak bahwa mereka mulai bisa menghargai pendapat orang lain yang berbeda, dan saling memberikan apresiasi. Mereka juga terlihat mulai saling berempati satu sama lain, dengan saling membantu.  

Dalam proses implementasi pada teman sejawat, tampak bahwa teman-teman mulai bisa menyesuaikan diri secara perlahan terhadap perubahan yang terjadi. Kegiatan-kegiatan sekolah yang diprogramkan, tampak teman-teman antusias untuk mengikutinya. Rasa empati semakin tumbuh baik, dibarengi dengan peningkatan keterampilan berelasi yang baik. Pada akhirnya teman sejawat mulai mampu mengambil keputusan dengan bertanggung jawab.


Perasaan

Saya tersadar, ketika saya membaca quote dari Aristoteles yang menyatakan bahwa: “Mendidik pikiran tanpa mendidik hati, adalah bukan pendidikan sama sekali”.  Selama ini saya belum mengintegrasikan pembelajaran sosial emosional dalam pembelajaran dan hanya fokus pada ketercapaian tujuan pembelajaran, tanpa memperhatikan kompetensi sosial emosional murid yang ternyata itu sangat penting untuk dikembangkan. Selama proses implementasi ini terjadi, saya sungguh merasa bahagia dan bersemangat untuk melihat perubahan yang terjadi pada murid-murid saya dan teman sejawat saya. Langkah demi langkah tahapan yang saya lakukan benar-benar saya nikmati, dan ada rasa puas dalam setiap tingkat pencapaian yang saya dapatkan. Hal ini semakin menambahkan rasa bahagia di hati saya.


Pembelajaran


Pembelajaran yang dapat saya ambil selama prose pembelajaran peningkatan kompetensi sosial emosional ini bahwa berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being),  ada 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari, yaitu: 

  1. Lima Kompetensi Sosial dan Emosional yang telah saya pelajari, berhubungan erat dengan 6 dimensi  Profil Pelajar Pancasila. 

  2. Penerapan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit, dapat mendukung terwujudnya well-being ekosistem sekolah.

  3. Indikator implementasi pembelajaran sosial dan emosional yang berkaitan dengan kelas dan sekolah, yaitu: 

  • Pengajaran eksplisit

  • Integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik

  • Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah

  • Penguatan Kompetensi Sosial Emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah

Umpan balik yang saya dapatkan dari murid maupun teman sejawat, mereka menyambut positif terhadap proses pembelajaran yang mengintegrasikan kompetensi sosial emosional ini. Sebagian besar murid, bahkan hampir semuanya menyatakan senang karena menjadi bisa mengenali dirinya dengan baik, mengidentifikasi potensi dan bakatnya, serta mulai bisa melakukan manajemen diri dengan baik, sehingga mereka merasa lebih tenang dan lebih fokus dalam pembelajaran. Demikian pula, teman sejawat menyatakan semakin mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab, dengan menerapkan skala prioritas. Disamping itu, hubungan yang baik dan semakin erat antar sesama teman guru, serta rasa empati yang semakin kental terasa membuat suasana di sekolah semakin nyaman dan bahagia.

Penerapan

Dampak dari penerapan pembelajaran sosial emosional di dalam kelas saya memang sudah mulai terasa positif. Namun, saya ingin meningkatkan lagi secara lebih luas penerapannya dengan cara mendiseminasikan hasilnya pada semua teman guru. Dengan demikian, dampak positif yang saya rasakan di kelas saya dapat menjadi role model bagi kelas-kelas yang lain. 



Eko Budi Purnawan, S.Pd., M.Si.

SMK Negeri 1 Pakis Aji – 2022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Praktik Baik dalam Pembelajaran

Umpan Balik Konstruktif

Visi Pribadi dan Prakarsa Perubahan