Pembelajaran Berdiferensiasi
Refleksi Model DEAL
(Description, Examination, and Articulation of Learning)
Description:
Pada minggu ini saya belajar tentang bagaimana merancang pembelajaran berdiferensiasi. Dalam pembelajaran ini saya melakukan banyak diskusi secara daring bersama dengan fasilitator Bapak Maulana Yusup, dan bersama semua rekan CGP di kelas 051.L. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan mengikuti alur MERDEKA (Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata). Di dalam kegiatan Elaborasi pemahaman saya dan rekan-rekan sekelas diberikan pemantapan pemahaman oleh instruktur, yaitu Ibu Febriandrini Kumala.
Pembelajaran diferensiasi merupakan sebuah strategi pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid yang sangat beragam. Dalam menyiapkan sebuah pembelajaran, seorang guru hendaknya melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid dengan melakukan asesmen diagnostik terlebih dahulu. Pemetaan ini didasarkan pada 3 unsur, yaitu: Kesiapan belajar murid, Minat murid, dan Profil belajar murid. Dengan melakukan pemetaan tersebut, guru kemudian bisa melakukan penyelarasan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan belajar murid.
Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Oleh karena itu, guru dapat melakukan modifikasi dalam pembelajaran berdiferensiasi. Modifikasi tersebut diantaranya adalah modifikasi konten, modifikasi proses, maupun modifikasi produk. Hal ini harus dilakukan, karena di semua ruang kelas, guru berurusan dengan setidaknya tiga elemen kurikuler: (1) konten — masukan, apa yang dipelajari murid; (2) proses — bagaimana murid berupaya memahami ide dan informasi; dan (3) produk — keluaran, atau bagaimana murid menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Dengan membedakan ketiga elemen ini, guru menawarkan pendekatan berbeda terhadap apa yang dipelajari murid, bagaimana mereka mempelajarinya, dan bagaimana mereka menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Kesamaan dari pendekatan yang berbeda ini adalah bahwa semuanya dibuat untuk mendorong pertumbuhan semua murid dalam usaha mereka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan untuk memajukan atau meningkatkan proses pembelajaran baik untuk kelas secara keseluruhan maupun untuk murid secara individu.
Examination:
Saya mencoba melakukan analisis materi minggu ini dengan materi sebelumnya, yaitu tentang Visi Guru Penggerak. Saya telah menetapkan sebuah visi dan menetapkan prakarsa perubahan yang ingin saya capai, yaitu “Mengembangkan minat dan kreativitas melalui penerapan model pembelajaran Project Based Learning dalam mewujudnyatakan Profil Pelajar Pancasila pada pembelajaran IPAS”
Saya sengaja menggarisbawahi dan mencetak tebal kata “Minat” dan “kreativitas”, karena dua hal ini lah yang menurut saya paling bisa dikembangkan dengan pembelajaran berdiferensiasi.
Pemetaan yang dilakukan guru terhadap kebutuhan belajar murid berdasarkan minat murid, dapat memberikan ide bagi guru dalam melakukan pembelajaran yang disesuaikan dengan minat murid. Jika murid belajar sesuai dengan minatnya, maka kreativitas murid akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Proses pembelajaran dan produk hasil belajar murid dapat disajikan dalam bentuk apapun yang disukai murid. Dalam hal ini yang dipentingkan adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Murid mempunyai kebebasan untuk memilih cara mereka belajar dan cara mereka menyajikan produk hasil belajarnya sesuai dengan minatnya.
Articulation of Learning:
Dalam materi ini yang saya pelajari adalah, bahwa ternyata apa yang saya lakukan selama ini dalam pembelajaran saya masih belum benar. Saya kurang mempertimbangkan kebutuhan murid-murid saya dalam pembelajaran. Saya cenderung mengajar dengan mengejar ketercapaian tujuan pembelajaran dengan cara saya sendiri, yang seringkali menjadikan murid tidak berminat dalam mengikuti pembelajaran. Saya kerap menggunakan teknologi dalam pembelajaran, kerap juga membuat anak aktif dengan memberikan tugas berkelompok dan diskusi bersama, namun saya belum pernah bertanya kepada anak, apakah cara belajar yang seperti itu yang mereka inginkan? dan apakah mereka telah merasa dapat terpenuhi kebutuhan belajarnya?
Dalam materi pembelajaran berdiferensiasi ini, saya belajar bagaimana sebuah pembelajaran seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid. Murid kita datang dengan keunikannya masing-masing. Tidak mungkin bisa kita memenuhi kebutuhan belajar mereka dengan cara yang sama. Hal ini sesuai dengan apa yang pernah dikatakan oleh Justin Tarte, bahwa satu ukuran belum tentu bisa cocok untuk semuanya.
Gagasan baru yang saya dapatkan setelah mempelajari konsep Pembelajaran Berdiferensiasi ini, saya mempunyai ide untuk membangun sebuah pembelajaran yang diawali dengan pemetaan terhadap kebutuhan belajar murid berdasarkan Kesiapan belajar murid, Minat, dan Profil belajar murid. Cara yang saya tempuh adalah dengan menerapkan asesmen diagnostik di awal setiap pembelajaran. Pemetaan ini sangat saya butuhkan untuk bisa menyelaraskan tujuan pembelajaran dengan kebutuhan murid. Dalam melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi, saya akan melakukan modifikasi baik secara konten, proses, maupun produk hasil belajar. Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid dan kemampuan mereka dalam memahami konten pembelajaran.
Eko Budi Purnawan, S.Pd., M.Si.
SMK Negeri 1 Pakis Aji – 2022
Komentar
Posting Komentar