Visi Pribadi dan Prakarsa Perubahan

(Refleksi Modul 1.3 - Visi Guru Penggerak)


Model 1: 4F (Facts, Feelings, Findings, Future)


Eko Budi Purnawan, S.Pd. M.Si.

CGP Angkatan V - Kab. Jepara



12 Agustus 2022


Facts (Peristiwa)

Pada minggu ini saya mengikuti pembelajaran di Modul 1.3 tentang Visi Guru Penggerak. Di dalam pembelajaran modul 1.3 ini saya mendapatkan pemahaman baru tentang bagaimana seorang guru harus mempunyai Visi pribadi tentang murid yang saya impikan di masa mendatang.  Guru memang bukan Kepala Sekolah, namun jika visi seorang guru memiliki makna yang kuat maka visi tersebut berpeluang menghubungkan hati lebih banyak pihak hingga kemudian mengundang upaya kolaboratif demi mewujudkannya. Visi seorang guru harus dapat di-amini semua pihak karena sangat jelas keberpihakannya pada murid. 

Sebagai seorang guru, mendidik bukanlah pekerjaan administratif. Target pekerjaan saya bukan sebuah dokumen, selembar kertas, atau daftar angka. Mendidik tidak hanya berbicara tentang dimensi waktu “sekarang”. Sasaran pekerjaan yang saya geluti adalah manusia. Target pekerjaan saya adalah pertumbuhan manusia demi manusia. Hasil pekerjaan saya ini baru akan terlihat saat manusia ini berkarya di masa depan nanti. Oleh karena itu, memiliki visi tentang pertumbuhan murid menjadi hal yang sangat penting bagi seorang guru, termasuk saya. Visi yang saya harapkan terwujud pada murid saya di masa depan. Visi mengenai murid inilah yang nantinya menjadi bintang penunjuk arah (Leitstar) bagi saya dalam menentukan program dan strategi pembelajaran.

Pada kesempatan ini saya juga membayangkan tanggung jawab saya sebagai seorang guru dengan peran sebagai Guru Penggerak. Saya memiliki peran untuk mengembangkan diri sendiri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, dan memimpin pengembangan sekolah. Peran ini memunculkan harapan bahwa ada hal besar yang saya harapkan dapat saya capai di masa depan.  Sebagai Guru Penggerak kelak, peran saya akan melampaui dinding dan pintu kelas di mana kita mengajar. Oleh karena itu, Guru Penggerak perlu mengartikulasikan harapan besar mengenai dirinya, murid, rekan kerja, sekolah, dan kedigjayaan Indonesia dalam kalimat-kalimat yang sifatnya pribadi, sehingga paling tidak dapat menggerakkan hatinya, menyemangati dirinya, di tengah jatuh-bangun perjuangannya kelak.

Berdasarkan semua pemahaman baru yang saya dapatkan tersebut di atas, akhirnya saya membuat gambaran tentang Imajinasi saya tentang Murid di masa depan, yang saya tuangkan dalam infografis di bawah ini: 





Pada tahap selanjutnya, saya mulai membangun rumusan visi saya. Visi ini sangat penting, karena “Visi adalah representasi kognitif mengenai gambaran masa depan” (Bandura). Harapan kita adalah visi kita. Visi kita sekarang adalah masa depan murid kita. Masa depan murid kita adalah masa depan bangsa kita, Indonesia. Jika kita ingin melangkah jauh, maka visi harus bersifat menyemangati, menguatkan, menggerakkan hati dan kolaborasi, sehingga mampu membuat kita terus melangkah maju.

Saya merasa terpukau tatkala saya membaca dan memahami Visi dari Ir. Sukarno tentang Indonesia, dalam puisinya yang berjudul “Aku Melihat Indonesia”. Berkaca dari Visi Presiden pertama Indonesia tersebut, kemudian saya berusaha membangun dan merumuskan Visi saya yang dilatarbelakangi dengan kondisi kontekstual yang menjadi kebutuhan dan harapan seluruh warga sekolah di sekolah saya. Visi saya tersebut adalah sebagai berikut:


TERWUJUDNYA LULUSAN YANG BERIMAN DAN BERTAKWA KEPADA TUHAN YANG MAHA ESA, BERAKHLAK MULIA, SEHAT, MANDIRI, KREATIF, DAN MEMILIKI DAYA SAING TINGGI DI DUNIA GLOBAL


Saya memiliki mimpi, bahwa setelah para murid saya lulus kelak, mereka benar-benar menjadi pribadi yang merdeka, cakap, menguasai IPTEK, dan tentunya beriman kepada Tuhan YME sesuai dengan agamanya, serta mampu bersaing di dunia global. Visi saya tersebut saya sampaikan kepada Kepala Sekolah dan juga semua rekan guru di sekolah saya, yang pada akhirnya visi pribadi saya itu kemudian diadopsi menjadi visi sekolah saya.


Dalam menetapkan hati untuk mulai membangun impian saya tentang murid di masa depan, ada beberapa kendala yang saya alami. Diantaranya adalah, sulitnya menyatukan langkah dengan rekan guru yang lain, karena kurangnya persepsi bersama tentang Visi yang ingin saya terapkan. Di sini, saya mulai untuk mengajak semua rekan berkolaborasi dan menyepakati semua prinsip-prinsip pembelajaran yang berpihak kepada murid sesuai dengan Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.Setelah itu saya mulai mengungkapkan harapan-harapan saya tersebut secara langsung kepada murid-murid saya di kelas, dan membangun kesepakatan serta keyakinan kelas bersama dengan mereka. 



Feelings (Perasaan)


Selama saya mengikuti pembelajaran terkait dengan Visi Guru Penggerak ini, saya benar-benar bahagia, terpukau, dan sekaligus termotivasi untuk segera membangun komitmen saya dalam menyusun Visi pribadi yang berpusat kepada murid. Saya merasa mendapat pencerahan baru dari kegalauan saya selama ini, yang seolah pembelajaran yang saya bawakan seolah menggelinding saja tanpa arah yang jelas. Dengan pemahaman baru ini, saya menjadi lebih terarah dalam menuntun anak murid saya sesuai dengan kodratnya mengikuti pembelajaran saya. Perasaan terpukau dan termotivasi ini paling utama dipicu oleh Visi Ir. Sukarno dalam Puisinya yang berjudul “Aku Melihat Indonesia”. Makna mendalam dalam puisi itu sekaligus menginspirasi saya untuk menyusun Visi saya sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.


Findings (Pembelajaran)

Semakin dalam saya mempelajari tentang Visi dalam modul 1.3 ini kemudian saya menemukan cara yang tepat untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan prakarsa perubahan, yaitu dengan Pendekatan Inkuiri Apresiatif dengan Kanvas BAGJA. 

Menurut Cooperrider & Whitney, 2005, Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi dan landasan berpikir tentang perubahan yang berfokus pada upaya kolaboratif (kooperatif, ko-evolusi) untuk menemukan hal terbaik (positif) dalam diri orang-orang, dalam organisasi mereka, dan dunia di sekitar mereka. Inkuiri Apresiatif merupakan upaya perubahan positif yang melibatkan proses penyelidikan sistematis tentang apa yang membuat sebuah sistem "hidup/berjalan" efektif dan cakap dalam terminologi ekonomi, ekologi, dan kemanusiaan.

Pendekatan IA dapat membantu membebaskan potensi inovatif dan kreativitas, serta menyatukan orang dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh proses manajemen perubahan yang biasa. Manajemen perubahan yang biasa dilakukan lebih menitikberatkan pada masalah apa yang terjadi dan apa yang salah dari proses tersebut untuk diperbaiki. Hal ini berbeda dengan IA yang berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi. Pendapat Cooperrider ini sejalan dengan pendapat Peter Drucker, seorang Begawan dalam dunia kepemimpinan dan manajemen. Menurut Drucker, kepemimpinan dan manajemen adalah keabadian. Oleh sebab itu, seorang pemimpin bertugas menyelaraskan kekuatan yang dimiliki organisasi. Caranya adalah dengan mengupayakan agar kelemahan suatu sistem dalam organisasi tidak menjadi penghalang, karena semua aspek dalam organisasi fokus pada penyelarasan kekuatan. Di sekolah, pendekatan IA dapat dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang telah ada di sekolah, mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Nantinya, kelemahan, kekurangan, dan ketiadaan menjadi tidak relevan lagi. Berpijak dari hal positif yang telah ada, sekolah kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah impian dan visi setiap warga sekolah.

Saya mencoba memahami kembali semua materi pembelajaran yang saya pahami dari Modul 1.1 sampai dengan Modul 1.3 ini, dan kemudian mencoba membuat bagan Koneksi antar materi agar saya semakin mudah dalam memahaminya dan menghubungkaitkan semua materi pembelajaran untuk mendukung Visi saya tentang Murid saya di masa depan. Berikut bagan yang saya buat:


Pemahaman tentang Inkuiri Apresiatif dan Kanvas BAGJA ini merupakan hal baru yang saya bisa gunakan sebagai kekuatan saya dalam mewujudnyatakan Visi saya terhadap murid-murid saya di masa depan.


Future (Penerapan)

Setelah melakukan refleksi, kemudian saya menetapkan “Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini?” Jawabannya adaah saya harus membuat sebuah prakarsa perubahan. Prakarsa perubahan tersebut saya turunkan dari Visi besar saya, dan saya mulai dari pembelajaran saya sendiri di dalam kelas. Prakarsa perubahan yang saya tetapkan adalah: “Mengembangkan minat dan kreativitas melalui penerapan model pembelajaran Project Based Learning dalam Mewujudnyatakan Profil Pelajar Pancasila Pada pembelajaran IPAS.” Prakarsa perubahan tersebut kemudian saya terjemahkan langkah demi langkahnya dengan menggunakan metode Kanvas BAGJA seperti pada gambar di bawah ini.






Semua visi maupun prakarsa perubahan yang telah saya tetapkan dan jabarkan tersebut tidak mungkin bisa saya wujudkan sendiri. Saya membutuhkan kerjasama dan dukungan dari semua pihak warga sekolah, baik itu Kepala Sekolah, rekan guru sejawat, dan tentunya para murid-murid saya. Oleh karena itu, dalam perjalanannya nanti, saya mengedepankan kolaborasi dengan semua unsur sekolah dalam mewujudkan prakarsa perubahan itu demi untuk tercapainya visi terhadap murid yang memiliki Profil Pelajar Pancasila.


Demikianlah Refleksi Dwi Mingguan yang saya susun sebagai hasil pembelajaran saya dalam Modul 1.3 ini.


Salam dan Bahagia


Eko Budi Purnawan, S.Pd., M.Si.

SMK Negeri 1 Pakis Aji. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Praktik Baik dalam Pembelajaran

Umpan Balik Konstruktif