KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 PGP
Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan
Sebagai Pemimpin
Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral.
(Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil.Semboyan terkenal yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri handayani, memiliki makna bahwa pada saat seorang pemimpin berada di depan, maka dia harus bisa memberikan teladan. Pada saat berada di tengah, maka dia harus bisa membangun motivasi/semangat. Dan pada saat berada di belakang, maka seorang pemimpin harus bisa memberikan dukungan atau motivasi. Sebagai seorang pendidik maka kita harus menyadari bahwa setiap anak lahir di dunia ini dengan membawa kodratnya masing-masing. Sebagai guru tugas kita adalah menuntun dan mengarahkan segala kodrat yang ada pada anak didik kita. Kita hanya bisa mengarahkan dan memberikan dorongan, supaya mereka tidak kehilangan arah pada saat berproses. Kita berikan mereka kebebasan dan kemerdekaan dalam belajar sehingga hal ini akan berdampak pada saat mereka mengambil sebuah keputusan yang tepat dan bertanggung jawab. Guru haruslah menjadi sosok yang bisa mengambil keputusan yang berpihak pada murid dengan menerapkan 4 Paradigma Pengambilan Keputusan, 3 Prinsip dalam menyelesaikan dilemma, dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Dari kutipan tersebut kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia. Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan dapat kita digunakan sebagai seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil sebuah keputusan. ketiga prinsip ini seringkali membantu dalam menghadapi pilihan- pilihan yang penuh tantangan, yang harus kita hadapi sebagai pemimpin pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut adalah:
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik tentunya adalah nilai kebaikan, kejujuran, tanggung jawab, disiplin, toleransi, gotong-royong dan nilai kebaikan lainnya. Nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang paling kita hargai dalam hidup dan sangat berpengaruh pada pembentukkan karakter , perilaku dan membimbing dalam kita mengambil sebuah keputusan. Sebagai Guru Penggerak, tentunya ada beberapa nilai yang harus dipegang seperti nilai mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid. Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat diperlukan nilai-nilai atau prinsip, pendekatan, dan langkah-langkah yang benar sehingga keputusan tersebut merupakan keputusan yang paling tepat dengan resiko yang paling minim bagi semua pihak, terutama bagi kepentingan /keberpihakan pada anak didik kita. Untuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan visi, budaya dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan akan lebih jelas.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan “coaching” (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi “coaching” yang telah dibahas pada sebelumnya.
Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping atau fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, apakah sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal, apakah keputusan yang diambil bermanfaat untuk banyak orang dan apakah keputusan yang diambil tersebut dapat dipertanggung jawabkan atas segala konsekuensinya.
Seorang pendidik harus mampu mengetahui dan memahami kebutuhan belajar serta kondisi sosial dan emosional dari muridnya . Seorang siswa harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajarnya . Pentingnya pendekatan Coaching dilaksanakan oleh guru, karena guru dalam hal ini sebagai coach akan menggali potensi yang dimiliki oleh muridnya dengan memberi pertanyaan pemantik sehingga murid dapat menemukan potensi yang terpendam dalam dirinya untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan. Coaching dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat yang akan berpengaruh sehingga terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dengan demikian akan berpengaruh bagi peserta didik dalam proses pembelajaran.
Sesi coaching membantu guru untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dan memecahkan permasalahan saat menjadi pemimpin pembelajaran, sehingga pada saat menentukan suatu permasalahan dilema etika seorang guru mampu mengidentifikasi suatu permasalahan dengan teknik coaching, sehingga mampu menghasilkan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Pengambilan keputusan dipengaruhi juga oleh kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional. Mengelola emosi itu penting karena akan membuat kita lebih memahami keadaan diri sendiri maupun lingkungan sekitar kita. Dengan kemampuan mengelola emosi yang baik membuat kita terhindar dari perilaku impulsif yaitu melakukan suatu tindakan tanpa memikirkan akibatnya. Mengelola emosi yang baik tidak terlepas dari aspek-aspek yang harus diperhatikan yaitu: kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Jika semua aspek pengelolaan emosi tersebut dikuasai oleh guru, kemungkinan guru tersebut dapat mengambil Keputusan yang Bertanggung Jawab sangat besar. Hal ini disebabkan karena pengambilan keputusan oleh guru yang sudah memiliki pengelolaan emosi yang baik pasti dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama sadar dengan berbagai pilihan, konsekuensi yang akan terjadi, dan meminimalisir kesalahan dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodasi seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Namun tujuan utama pengambilan keputusan harus selalu mengedepankan keberpihakan pada murid.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika dapat meningkatkan kemampuan guru untuk menganalisis suatu kasus dan belajar mengambil keputusan yang terbaik. Dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, keputusan yang diambil sejatinya harus berpihak kepada murid dengan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan (Individu lawan kelompok; Rasa keadilan lawan Rasa kasihan; Kebenaran lawan Kesetiaan; dan Jangka pendek lawan Jangka panjang), 3 prinsip penyelesaian dilema (Prinsip berpikir berbasis hasil akhir; Prinsip berpikir berbasis peraturan; dan Prinsip berpikir berbasis rasa peduli), dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan (mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan; menentukan siapa saja yang terlibat; mengumpulkan fakta-fakta yang relevan; melakukan pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, uji keputusan panutan/idola); pengujian paradigma benar lawan benar; melakukan prinsip resolusi; melakukan investigasi opsi trilema; membuat keputusan; dan meninjau lagi keputusan yang telah diambil serta melakukan refleksi).
Perlu kita ingat bahwa 9 langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan sebuah metode yang kaku dalam penerapannya. Pengambilan keputusan ini juga merupakan keterampilan yang harus diasah agar semakin baik. Semakin sering kita berlatih menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan keputusan. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal. Dengan mempedomani 9 langkah di atas dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan dalam diri diharapkan kita dapat mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab melalui berbagai pertimbangan dan langkah pengambilan dan pengujian sebuah keputusan terkait permasalahan yang terjadi.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Untuk dapat mengambil keputusan terhadap suatu kasus secara tepat tentu saja kita harus mengetahui terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah termasuk dilema etika atau bujukan moral. Dilema etika merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan, sedangkan bujukan moral merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah. Jika kasus tersebut merupakan dilema etika, sebelum mengambil sebuah keputusan kita harus mampu menganalisis pengambilan keputusan berdasarkan pada 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Jika kasus tersebut merupakan bujukan moral, maka kita harus bersikap tegas yaitu berpihak pada kebenaran. Pengambilan keputusan yang dilakukan secara akurat yaitu keputusan yang telah melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan langkah pedoman pengambilan dan pengujian keputusan akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari semua pihak sehingga dapat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Sebagai seorang guru tentunya mengalami dan diperhadapkan dengan berbagai permasalahan dari waktu ke waktu yang menuntut dilakukannya pengambilan sebuah keputusan. Permasalahan dan situasi yang dihadapi perlu untuk dicermati dan dianalisis dengan seksama agar kita tidak terjebak pada pengambilan suatu keputusan yang salah karena kurang mampu dalam menelaah situasi yang dihadapi secara jelas apakah termasuk dilema etika atau bujukan moral.
Ketika dihadapkan dengan situasi dilema etika tentu ada kalanya kita mengalami kesulitan-kesulitan dalam menjalankan pengambilan keputusan tersebut. Kesulitan muncul bisa disebabkan karena berbagai faktor misalnya, karena masalah perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun, masih minimnya pengetahuan dan pengalaman yang saya miliki dalam menyelesaikan situasi permasalahan yang dihadapi, kekhawatiran apakah keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat dan dapat mengakomodir kepentingan orang banyak serta tidak mencederai pihak lainnya, dan adanya perbedaan mindset dan sudut pandang yang menyebabkan sulitnya menemukan solusi atau kesepakatan yang dapat diterima oleh setiap pihak yang terlibat.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengambilan keputusan yang dilakukan tentu akan mempengaruhi pola pengajaran yang kita lakukan terhadap murid. Pada konteks merdeka belajar, proses pembelajaran yang dilakukan adalah yang berpihak pada murid. Karena itu keputusan yang diambil sebagai bentuk proses dalam menuntun murid untuk merdeka, tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodrat alam, kodrat zaman, dan potensi yang dimilikinya. Hendaknya guru memberikan ruang bagi murid dalam proses pembelajaran untuk merdeka mengemukakan pendapat dan mengekspresikan bakat dan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian murid-murid dapat belajar mengambil keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa paksaan dan campur tangan orang lain, karena pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada murid.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar-benar memperhatikan kebutuhan belajar murid, dengan merefleksikan apakah keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan kebutuhan murid, sehingga murid dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Sehingga dengan memperhatikan semuanya itu dalam mengambil keputusan maka keputusan kita dapat berpengaruh positif terhadap keberhasilan murid di masa depannya nanti.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah bahwa guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dapat mempedomani pratap triloka yang dicetuskan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam mengambil keputusan. Penerapan pratap triloka dalam pembelajaran dapat menuntun murid kita dalam mengeksplorasi dan mengembangkan potensinya. Karena potensi murid kita berbeda-beda, penting bagi kita sebagai guru melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi agar murid dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Pembelajaran bukan hanya mengajarkan kecerdasan kognitif melainkan kecerdasan sosial-emosional secara menyeluruh. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai pendidik untuk mengintegrasikan pembelajaran sosial-emosional agar murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun sebagai anggota masyarakat.
Dalam menghadapi kasus yang dimiliki oleh warga sekolah, keterampilan coaching sangat penting dikuasai. Keterampilan coaching ini membekali guru dalam proses pengambilan keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). Sehingga proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada. kompetensi self awareness, self management, social awareness dan relationship skills akan membantu guru mengambil sebuah keputusan terkait permasalahan dilema etika maupun bujukan moral dengan sebuah keputusan yang bijak melalui pemetaan 4 paradigma dilema etika dan pengambilan keputusan dengan 3 prinsip serta menerapkan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, sehingga keputusan-keputusan yang diambil berbasis etika, sesuai visi misi sekolah yang berpihak pada murid, budaya positif, serta nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi. Pada akhirnya segala keputusan yang kita ambil sebagai pendidik, akan mampu membentuk generasi dengan Profil Pelajar Pancasila.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Berdasarkan apa yang sudah saya pelajari di modul 3.1 saya menjadi paham tentang perbedaan antara dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan situasi dimana terjadi pertentangan antara benar lawan benar, sementara bujukan moral adalah situasi dimana terjadi sebuah pertentangan antara benar lawan salah. Hal yang tidak terduga adalah pada saat awal saya mempelajari dilema etika, saya merasa terjebak dan bingung dalam menentukan sebuah kasus antara bujukan moral dan dilema etika, sehingga ada kasus dilema etika yang saya kategorikan bujukan moral, demikian pula sebaliknya, sehingga keputusan yang saya buat sebelum mempelajari modul ini cenderung mengikuti intuisi saya pribadi dan hanya mendasarkan pada peraturan yang berlaku saja. Saat mempelajari dilema etika saya merasa, ada kalanya kita perlu melenceng dari aturan untuk mempertimbangkan kepentingan yang lebih besar, sehingga paradigma pengambilan keputusan yang berhubungan dengan dilema etika sangatlah penting dilakukan. Begitu pula 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan adalah langkah yang sangat runtut dan sangat berguna dalam memberikan panduan mengambil keputusan dan menguji keputusan yang saya ambil.
Empat paradigma pengambilan keputusan yaitu:
Individu lawan kelompok (individual vs community)
Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang saya hadapi betul- betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
Saya juga sudah memahami tentang tiga prinsip pengambilan keputusan, yaitu:
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Konsep lain yang sangat penting adalah 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya merasa langkah ini sangat penting untuk memantapkan keputusan yang saya ambil, jika saya sudah melakukan 9 uji ini maka saya bisa memastikan keputusan saya efektif. Menurut saya, 9 langkah ini sangat detail dan terstruktur dan juga memudahkan dalam mengambil keputusan karena runtut dan terpola dengan baik. Sembilan langkah tersebut adalah:
Langkah 1: Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
Langkah 2: Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
Langkah 3: Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
Langkah 4: Pengujian benar atau salah, yang terdiri atas:
Uji Legal
menyangkut aspek pelanggaran hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan dengan moral.Uji Regulasi/Standar Profesional
Berhubungan dengan pelanggaran peraturan atau kode etik.Uji Intuisi
Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi saya dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang saya yakini.Uji Publikasi
Apa yang saya rasakan bila keputusan ini dipublikasikan pada media cetak maupun elektronik, dan sesuatu yang saya anggap merupakan ranah pribadi tiba-tiba menjadi konsumsi masyarakat? Bila saya merasa tidak nyaman membayangkan hal itu akan terjadi, kemungkinan besar saya sedang menghadapi bujukan moral atau benar lawan salah.Uji Panutan/Idola
Dalam langkah ini, saya akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan saya, misalnya ibu saya. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu saya, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi saya dan orang yang sangat berarti bagi saya.
Langkah 5: Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
Mengidentifikasi paradigm sangat penting karena, ini bukan hanya an permasalahan namun membawa penajaman pada fokus kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
Langkah 6: Melakukan Prinsip Resolusi , yang terdiri dari 3 prinsip berpikir yaitu:
Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Langkah 7: Investigasi Opsi Trilema
Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah.
Langkah 8: Buat Keputusan
Langkah 9: Tinjau lagi keputusan dan refleksikan
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah mengalami masalah yang berhubungan dengan dilema etika. Keputusan yang saya ambil pada saat itu hanya berdasarkan hasil diskusi bersama secara kolaboratif dengan semua unsur manajemen sekolah, dan juga berdasarkan nilai-nilai yang saya yakini berdasarkan kepedulian kepada orang lain. Ketika saya mempelajari modul 3.1, saya menemukan bahwa Care Based Thinking adalah prinsip yang dikenal sebagai aturan emas, dan telah memainkan peran kunci dalam pembelajaran di hampir semua pengajaran budaya dan agama. Untuk selanjutnya, prinsip ini memainkan peran kunci dalam pendidikan etika. Lebih penting lagi, berpikir berbasis rasa peduli selain memberikan batasan-batasan pada tindakan kita, namun juga mendukung agar diri kita juga memikirkan kepentingan orang lain. Prinsip ini banyak melibatkan empati seseorang kepada pihak lain, seandainya saya di posisi dia, apa yang saya lakukan?.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak yang saya rasakan setelah mempelajari modul 3.1 ini saya merasakan lebih percaya diri dan yakin dalam mengambil keputusan terutama sebagai pemimpin pembelajaran, karena bisa memastikan keputusan yang saya ambil tepat atau efektif karena sudah melalui proses pengujian keputusan yang terdiri dari 9 langkah tersebut, walaupun saya juga harus tetap belajar dan melibatkan teman sejawat yang sudah berpengalaman (terutama Kepala Sekolah) untuk memastikan keputusan saya sesuai atau keputusan saya tersebut tepat. Saya juga merasakan mendapat pengetahuan yang berharga terutama sebagai individu dalam memandang permasalahan yang saya hadapi.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Pengetahuan serta keterampilan dalam pengambilan keputusan ini sangat penting bagi saya sehingga saya mampu mengambil keputusan yang tepat dan efektif, serta tidak gegabah dalam mengambil keputusan baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah. Sebelum saya mendapat pengetahuan tentang pengambilan keputusan ini saya merasa bahwa banyak hal atau keputusan yang saya buat selama ini tidak berdasar alur pemikiran yang jelas dan terstruktur, sehingga setelah mendapat materi di modul 3.1 mengenal bagaimana prinsip pengambilan keputusan yang tepat, pola pengambilan keputusan serta membedakan antara dilema etika dan bujukan moral serta penggunaan 9 langkah pengambilan keputusan, membuat saya semakin mantap dan percaya diri untuk bisa mengambil keputusan yang tepat.
Luar biasa pemaparan Pak Eko. Menjelaskan dengan rinci dan gamblang. Koneksi materi dari awal hingga pengambilan keputusan.
BalasHapusTulisan yang sangat bagus, mengajarkan tentang pentingnya mengambil sebuah keputusan dengan cara-cara yang bijak, sistematis, dengan berbagai pengujian dan paradigma. Hal ini tidak terlepas dari Filosofi Ki Hadjar Dewantara yang keren. Terima kasih untuk tulisannya.
BalasHapusTulisan yang sangat menarik untuk dibaca dan dijadikan bahan refleksi bagi semua orang, karena pada dasarnya setiap hari kita selalu dihadapkan pada situasi yang mengharuskan kita mengambil keputusan. Terima kasih, ditunggu tulisan-tulisan berikutnya pak wawan
BalasHapusLuar biasa paparannya, sangat runut dan koneksitivitas materi yang telah Bapak pelajari mulai dari mudul 1.1 sampai pada modul 3.1, tulisan ini sangat bermanfaat dan bisa dijadikan bahan literasi bagi siapapun yang membacanya, sebagai seorang guru dan ataupun sebagai pemimpin pembelajar kita harus bijak dalam pengambilan keputusan yang berdampak positif secara universal dan mengacu pada pembelajaran yang berpihak pada murid,
BalasHapus