Jurnal Refleksi: Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya
Pemimpin Dalam Pengelolaan Sumber Daya
Refleksi Model DEAL
(Description, Examination, and Articulation of Learning)
Description:
Pada minggu ini saya belajar tentang bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya yang ada di sekolah. Dalam pembelajaran ini saya melakukan banyak diskusi secara daring bersama dengan fasilitator Bapak Maulana Yusup, dan bersama semua rekan CGP di kelas 051.L. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan mengikuti alur MERDEKA (Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata). Di dalam kegiatan Elaborasi pemahaman saya dan rekan-rekan sekelas diberikan pemantapan pemahaman oleh instruktur, yaitu Ibu Febriandrini Kumala.
Jika diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di antaranya adalah: Murid, Kepala Sekolah, Guru, Staf/Tenaga Kependidikan, Pengawas Sekolah, Orang Tua, Masyarakat sekitar sekolah, Dinas terkait, dan Pemerintah Daerah. Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya adalah: Keuangan, Sarana dan prasarana, dan Lingkungan alam.
Examination:
Saya mencoba melakukan analisis materi minggu ini dengan materi sebelumnya, yaitu tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Guru sebagai pemimpin pembelajaran yang mendorong wellbeing ekosistem pendidikan sekolah, dalam menjalankan perannya harus memiliki kompetensi sebagai berikut:
Memimpin upaya pengembangan lingkungan belajar yang berpusat pada murid
Memimpin perencanaan dan pelaksanaan proses belajar yang berpusat pada murid
Memimpin refleksi dan perbaikan kualitas proses belajar yang berpusat pada murid
Mewujudkan visi sekolah yang berorientasi pada murid
Memimpin dan mengelola program sekolah yang berdampak pada murid
Mengembangkan diri dan orang lain/Menjadi coach bagi rekan sejawat dan murid
Hal ini selaras dengan filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu; “Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat”.
Dengan nilai-nilai yang dimilikinya (nilai mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif, dan berpihak pada murid), seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengelola semua sumber daya yang ada di sekolah menjadi aset/kekuatan yang dapat mendukung pencapaian kompetensi tersebut dalam rangka mewujudkan kualitas pendidikan yang berpihak pada murid. Namun seorang guru tidak akan mampu bergerak sendiri dalam mewujudkan kompetensi tersebut, guru harus berperan dan mampu mendorong kolaborasi antar guru, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi pemimpin pembelajaran, menjadi coach bagi guru lain, serta mewujudkan kepemimpinan Murid.
Dalam memimpin dan mengelola program sekolah untuk mewujudkan visi sekolah yang berorientasi pada murid, seorang guru harus berani membuat prakarsa perubahan melalui rencana manajemen perubahan (menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif) di tempat kita bertugas. Guru dapat melakukan strategi manajemen perubahan sebagai berikut:
Merumuskan visi mengenai pembelajaran yang berpihak pada murid.
Mengidentifikasi kekuatan yang dimilikinya dalam mendukung pertumbuhan potensi murid.
Membuat rencana manajemen perubahan (menggunakan pendekatan Inkuiri Apresiatif), dan menjalankannya dengan penuh semangat.
Melalui strategi tersebut di atas diharapkan guru mampu memetakan kekuatan yang dimilikinya demi mewujudkan visi pendidik yang berpihak pada murid dan mengimplementasikan strategi pengelolaan perubahan melalui kekuatan yang dimiliki dari dalam diri dan luar diri untuk mewujudkan visi pendidik yang berpihak pada murid.
Articulation of Learning:
Sebelum mempelajari modul 3.2 ini, dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, saya sering berfokus pada kekurangan/masalah, tanpa melihat potensi dan kekuatan yang mendukung, membuat kegiatan saya dan komunitas menghasilkan kegiatan yang kurang maksimal dan memerlukan waktu lama karena kami hanya berkutat pada bagaimana cara untuk menyelesaikan masalah-masalah yang muncul, dan kurang bisa melihat bahwa sebenarnya diri kami sendiri dan sekolah memiliki begitu banyak potensi dan aset yang bisa dikembangkan untuk penyelenggaraan pembelajaran yang berpihak kepada murid.
Sesudah mempelajari modul 3.2 ini saya menjadi lebih fokus pada aset dan kekuatan yang dimiliki oleh sekolah, dengan membayangkan masa depan tentang kesuksesan yang akan diraih dan berupaya memaksimalkan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut melalui cara mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan), dan merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan.
Eko Budi Purnawan, S.Pd., M.Si.
SMK Negeri 1 Pakis Aji – 2022
Komentar
Posting Komentar